Minggu, 09 Desember 2012

Social Intelligence


Apa Itu Social Intelligence?
Social Intelligence atau sering disebut dengan Kecerdasan sosial berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Kecerdasan sosial merupakan kecerdasan yang mencakup interaksi kelompok dan erat kaitannya dengan sosialisasi. Kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan untuk mengetahui orang lain adalah bagian yang tak terpisahkan dari kondisi manusia. 
Pengertian menurut para ahli
Thorndike (dalam Goleman, 1995) kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk memahami dan mengatur orang untuk bertindak bijaksana dalam menjalin hubungan dengan orang lain. 
Anderson, (dalam Safaria, 2005) konsep kecerdasan sosial diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi saling menguntungkan. 
Handy, (2006) mengatakan bahwa kecerdasan sosial ialah suatu kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan manusia. Kemudian kecerdasan sosial itu dibentuk oleh intelektual, emosional (perasaan) dan spiritual. Dengan menggunakan asumsi sederhana, bahwa segala sesuatu pasti ada pola dan prosedurnya, maka kecerdasan intelektual adalah pertama yang harus dimiliki. Namun hal itu harus segera disusul dengan kecerdasan emosional dan spiritual. Seluruh kecerdasan ini akhirnya harus bersinergi sehingga memiliki suatu kemampuan dalam pengembangan kecerdasan sosial yang baik dalam memahami diri sendiri dan juga orang lain. 
Magdalena, (2007) kecerdasan sosial ini biasanya di mulai dari hal–hal yang dianggap kecil atau gampang, seperti dimulai dari satuan masyarakat terkecil yakni keluarga, dan interaksi kita dengan para tetangga, sampai kepada hal–hal yang dianggap besar misalnya dalam ruang lingkup sebuah perusahaan seharusnya setiap karyawan itu memiliki kompetensi antara lain ketepatan empatik, kejujuran, keterbukaan, penyelerasan, kesederhanaan, kedamaian, kebersamaan, dan kepedulian sehingga terjadi suatu interaksi yang baik dengan orang lain. 
Amstrong (1994) Komponen penting membangun kecerdasan sosial (social intelegence) adalah komunikasi dan pendidikan.
Pakar psikologi pendidikan Gadner (1983) menyebut kompetensi sosial itu sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi, alam, dan kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gadner. (Sumardi, diakses dari http://www.kompas.com) 

Definisi Teoritis, Kecerdasan sosial adalah kemampuan yang mencapai kematangan pada kesadaran berpikir dan bertindak untuk menjalankan peran manusia sebagai makhluk sosial di dalam menjalin hubungan dengan lingkungan atau kelompok masyarakat.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kecerdasan sosial sangatlah penting dalam menunjang kehidupan bermasyarakat, sukses tidak identik dengan kemampuan IQ, karena sesungguhnya kecerdasan sosial-lah yang sangat berperan besar dalam kehidupan. Banyak orang yang IQ nya diatas rata-rata mampu menggapai kesuksesan dengan meningkatkan kemampuan social intelligence.

Mengenai Sosial Intelligence

Cara Mengukur SI

Kecerdasan sosial dapat diukur dengan bagaimana seseorang dapat bersosialisasi dengan oranglain, biasanya orang yang memiliki sedikit kecerdasan sosial adalah orang yang suka menyendiri karena sedikit kontak dengan orang lain. Seseorang memiliki kecerdasan sosial tinggi, apabila dalam dirinya memiliki keterampilan sosial yang terdiri dari  sejumlah sikap. Sikap tersebut adalah:
  1. Tumbuh social awareness (kesadaran situasional atau sosial). Adalah kemampuan individu dalam mengobservasi, melihat, dan mengetahui suatu konteks situasi sosial,  sehingga mampu mengelola orang-orang atau peristiwa.
  2. Kemampuan charity. Yaitu kecakapan ide, efektivitas, dan pengaruh kuat dalam melakukan komunikasi dengan orang atau kelompok  lain 
  3. Berkembang empathy. Kemampuan individu melakukan hubungan dengan orang lain pada pada tingkat yang lebih personal
  4. Terampil interaction  style. Individu memiliki banyak skenario saat berhubungan dengan orang lain, luwes, dan adaptif memasuki situasi berbeda-beda.
Karakteristik Seseorang yang Memiliki Kecerdasan Sosial :
  1. Mampu menghimpun banyak kawan di sekelilingnya 
  2. Memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya  
  3.  Memberi banyak nasihat dan saran perbaikan kepada orang lain.
  4. Memiliki daya tahan terhadap kegagalan.
  5. Memiliki keberanian untuk melanjutkan upaya dan usahanya setelah salah atau gagal
  6. Cepat beradaptasi
  7. Memiliki kecepatan intuisi
  8. Dapat memahami orang lain dari bahasa tubuh mereka
  9.  Memiliki kemampuan berdialog secara bijak
  10. Menampilkan diri secara baik dan tidak palsu
Komponen dan Indikator Social Intelligence
  • SI (Social Intelligence) internal : Keinginan untuk bersosial dari dalam diri, Menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, Mengorbankan kepentingan diri demi orang lain
  • SI (Social Intelligence) eksternal    : Adanya pengaruh untuk bersosialisasi, Menyelesaikan permasalahan dalam berinteraksi Sosial, Bersosialisasi karena adanya faktor yang lain (supaya mendapat sanjungan dan pujian dari orang lain)
Model Social Intelligence Menurut Para Ahli

Pada tahun 2005, Karl Albrecht mengusulkan sebuah model social intelligence yang terdiri dari lima poin dalam bukunya Social Intelligence: Ilmu Baru Sukses, yaitu “SPACE” :
1) Situational awareness (kesadaran Situasional)
2) Presence (Kehadiran)
3) Authenticity (Keaslian)
4) Clarity (Kejelasan)
5) Empathy (Empati)

Selasa, 04 Desember 2012

Social Intelligence dan Kesuksesan


Prinsip Tiga Sekawan Kelam
Dalam kecerdasan sosial ada yang dikenal dengan “Tiga Sekawan Kelam” yaitu mereka yang bermasalah dengan Social Intelligence. Tiga Sekawan Kelam itu adalah : 
1. Narsis
Mereka yang dikategorikan sebagai Narsis memiliki ciri-ciri : berprinsip “Dunia ada untuk memujaku”. Mereka ini biasanya bersifat tidak peduli dengan orang lain, merasa kebutuhan dirinya adalah yang terpenting dan egois.  Ciri lain dari Narsis ini  memiliki ilusi diri dimana ia merasa orang lain menyukai dirinya, padahal tidak demikian kenyataannya. Narsis tidak selalu berkonotasi negatif. Ada hal baik yang bisa dilihat dari seorang  Narsis. Salah satunya ialah mereka senang dengan pekerjaan tantangan tinggi, walaupun demi mendapatkan kepuasan dengan menerima pujian atau tepuk tangan dari orang lain. Jika kita perhatikan, kebanyakan orang yang sukses adalah mereka yang tergolong Narsis.
Strategi yang bisa digunakan untuk menghadapi orang yang memiliki karakter Narsis adalah dengan masuk dahulu ke dunianya dengan cara memujinya, lalu arahkan perlahan ke dunia kita.
2. Machiavelli
Ciri – ciri Machiaveli adalah berprinsip “Dunia ada sebagai alatku”.  Mereka tidak selalu ingin popular, tetapi agenda dirinya menjadi yang utama. Mereka mungkin mau peduli dan mendengarkan orang lain, tetapi tetap dengan tujuan, agar goalnya tercapai. Kemudian mereka mempunyai empati visi-terowongan, dimana dia bisa berempati dan memusatkan perhatian, jika ada tujuan yang ingin dicapainya melalui orang  itu.
Strategi yang bisa digunakan untuk Machiaveli adalah selalu waspada dan berhati-hati. Boleh saja untuk menentang konsepnya, tetapi jangan sampai membuatnya emosional.
3. Sosiopath
Mereka memiliki prinsip “ Dunia ada untuk dipermainkan, dikelabui, digunakan ataupun dibuang”. Sifat mereka suka akan perbedaan, senang membuat sekelilingnya merasa menderita, sulit berempati, dan parahnya mereka semakin bersemangat ketika orang lain sedang kesakitan dan menderita. Tetapi orang dengan karakter Sosiopath ini juga berani menerima  hukuman. Namun demikian mereka akan tetap merasa dirinya benar.
Strategi menghadapi Sosiopath adalah berusaha untuk membongkar pola, saat ia menggunakan pola penyiksaan.

Dari semua strategi yang disampaikan untuk menghadapi Tiga Sekawan Kelam itu, yang terpenting ialah memberikan cinta dan perhatian. Cinta dan perhatian diharapkan dapat merubah mereka. Syaratnya tentulah dengan kesabaran, ikuti “permainannya” namun jangan terjebak. Tetap waspada. Pelan-pelan mereka akan menyadari bahwa ada cara lain yang lebih nyaman untuk dinikmati tanpa membuat orang lain  menderita.

Latar Belakang Tumpulnya Social Intelligence

Hal yang menyebabkan kecerdasan sosial tumpul dilatarbelakangi oleh  proses pendidikan di keluarga maupun masyarakat mengalami salah arah. Penanaman nilai-nilai pendidikan di keluarga, acapkali hanya mengejar status dan materi. Orang tua mengajarkan pada anaknya bahwa keberhasilan seseorang itu ditentukan oleh pangkat atau kekayaaan yang dimilikinya. Masyarakat juga begitu, mendidik orang semata mengejar tahta dan harta.  Proses ini tampak pada masyarakat yang lebih menghargai orang dari  jabatan dan kekayaan yang digenggamnya. Kondisi ini membuat orang terobsesi untuk memperoleh kedudukan tinggi dan kekayaan yang berbuncah-buncah agar terpandang di masyarakat. Untuk mengejar ambisi tersebut orang kadang meninggalkan etika dan moral, bahwa cara yang ditempuh untuk mewujudkan impiannya itu bisa menyengsarakan orang lain.

Akibat dari Tumpulnya Sosial Intelligence

Akibat yang ditimbulkan dari kecerdasan sosial yang tidak terasah (tumpul)  pada individu adalah memberi kontribusi pada perilaku anarkis. Hal ini dikarenakan individu yang kecerdasan sosialnya rendah tidak akan mampu berbagi dengan orang lain dan ingin menang sendiri. Jika dia mengalami kegagalan, dia akan melakukan apa saja,  asal   tujuannya bisa tercapai, tak peduli tindakannya merusak lingkungan, dan tidak merasa yang dikerjakannya menginjak harkat dan martabat kemanusiaan. Sehingga diskripsi kepribadian seperti ini, berpotensi melakukan perilaku anarkis, ketika hasrat pribadinya tidak tercapai atau sedang menghadapi masalah dengan orang atau kelompok lain.

Kecerdasan sosial menjadi solusi efektif meredam anarkis, karena orang yang memiliki kecerdasan sosial tinggi, mempunyai seperangkat keterampilan psikologis untuk memecahkan masalah dengan santun dan damai. Sikap tersebut adalah
  • tumbuh social awareness (kesadaran situasional atau sosial) adalah kemampuan individu dalam mengobservasi, melihat, dan mengetahui suatu konteks situasi sosial,  sehingga mampu mengelola orang-orang atau peristiwa.
  • punya kemampuan charity. Yaitu kecakapan ide, efektivitas, dan pengaruh kuat dalam melakukan komunikasi dengan orang atau kelompok  lain.
  • berkembang empathy. Kemampuan individu melakukan hubungan dengan orang lain pada pada tingkat yang lebih personal. 
  • terampil interaction  style. Individu memiliki banyak skenario saat berhubungan dengan orang lain, luwes, dan adaptif memasuki situasi berbeda-beda. 
 Kasus
 
Ada sebuah kasus di jepang, disana semakin banyak orang yang pelupa contohnya mereka tidak ingat nama stasiun kereta api dimana mereka turun, tidak ingat bagaimana cara menggunakan mesin fotokopi, lupa dengan rutinitas yg setiap hari dikerjakan. Menurut surat kabar Straits Time penyebabnya adalah kurangnya interaksi sosial diantara generasi muda di jepang. Generasi muda sekarang banyak mengurung diri dikamar untuk main game,internet dll. Sehingga menghambat perkembangan keterampilan sosial karna tidak ada interaksi antar individu.
Meningkatkan Kecerdasan Sosial 
Ada beberapa cara yang bisa dicoba untuk meningkatkan kecerdasan sosial, diantaranya:
  1. Mendengarkan aktif
  2. Tubuh bicara lebih banyak 
  3. Tubuh dapat lebih banyak bicara dari kata-kata. 
  4. Tubuh dirancang untuk berkomunikasi dengan orang lain 
  5. 55% makna yang akan disampaikan dalam aktivitas tercermin pada sikap fisik 
  6. Tanpa kata-kata tubuh dapat mengkomunikasikan apakah seseorang sedang sedih, senang, marah, kecewa, bahagia, malu, takut, khawatir, gugup,antusias, percaya diri, minder, cemas dsb
  7.  Sadarilah hal tersebut.
Pengaruh Social Intelligence terhadap Kesuksesan

Sosial IQ adalah ukuran kecerdasan sosial. IQ Sosial didasarkan pada 100 titik skala, dimana 100 adalah skor rata-rata dan 140 (di atas 140) dianggap sangat tinggi. Sosial IQ diukur dengan teknik tanya jawab. Orang dengan IQ sosial yang rendah akan dianggap anak-anak dan belum dewasa, bahkan jika orang yang berusia dewasa. Cara yang baik untuk mengukur IQ Sosial adalah dengan menggunakan sistem IQ dasar, disesuaikan dengan keterampilan sosial. Kebanyakan orang memiliki IQ sosial 85-115.
Orang dengan IQ sosial di bawah 80 mungkin memiliki gangguan spektrum autisme, seperti sindrom Asperger dan skizofrenia. Orang-orang ini mungkin mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan memerlukan pelatihan keterampilan sosial atau dukungan tambahan dari spesialis jiwa. Orang-orang ini sulit mendapatkan pekerjaan karena mereka tidak memiliki komunikasi interpersonal yang diperlukan dan keterampilan sosial untuk sukses dalam angkatan kerja. Orang-orang ini dapat bekerja dengan baik dalam pekerjaan meja kantor, pekerjaan rumah atau pekerjaan yang tidak memerlukan banyak interaksi, seperti konstruksi.
Orang dengan IQ sosial atas 120 dianggap sangat sosial terampil dan menyesuaikan diri dengan baik, dan bisa bekerja dengan baik dengan pekerjaan yang melibatkan kontak langsung dan komunikasi dengan orang-orang.
Lihat tabel berikut
Tingkat Sosial Intelligence
Umur
120 (diatas rata-rata – sosial dewasa untuk usia)
20.4
110
18.7
100 (rata-rata)
17
90
15,3
80
13,6
70 (dibawah rata-rata)
11,9
60
10,2
50
8,5
40
6,8
30
5,1
20
3,4

 REFERENSI

Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Diterjemahkan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga, 1980.
Yusuf L N, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.
Goleman, Daniel (2006). Social Intelligence: The New Science of Human Relationships